时间:2025-05-19 01:05:10 来源:网络整理 编辑:百科
Jakarta, CNN Indonesia-- Acute mountain sickness (AMS) jadi salah satu kondisi yang patut diwaspadai quickq下载地址
Acute mountain sickness (AMS) jadi salah satu kondisi yang patut diwaspadai para pendaki gunung. Apa itu?
Gunung boleh jadi memberikan kesegaran dan keindahan alam. Tapi, gunung tak melulu menyoal sesuatu yang indah. Ada juga kondisi yang perlu diwaspadai saat naik gunung, salah satunya AMS.
Secara medis, AMS dikenal juga dengan altitudes sicknessatau penyakit ketinggian. Penyakit ini juga menggambarkan kondisi edema paru pada dataran tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan Redaksi
|
Salah satu penyebabnya adalah kadar oksigen dan tekanan udara yang lebih rendah saat berada di ketinggian.
Dibutuhkan waktu bagi tubuh untuk menyesuaikan diri saat berada di ketinggian. Kondisi ini bisa mengakibatkan 'mabuk gunung akut.
Selain itu, faktor tenaga saat mendaki gunung juga berperan dalam memicu AMS. Misalnya, memaksa diri untuk mendaki gunung dengan cepat.
Altitudes sicknessatau penyakit ketinggian bisa memicu sejumlah gejala tergantung tingkat keparahannya. Gejala biasanya akan muncul satu hari setelah mencapai ketinggian atau langsung setelahnya.
Dalam kasus ringan, seseorang bisa mengalami gejala seperti berikut:
- pusing,
- sakit kepala,
- nyeri otot,
- insomnia,
- mual-muntah,
- mudah marah,
- kehilangan selera makan,
- tangan, kaki, dan wajah bengkak,
- detak jantung cepat,
- sesak napas saat beraktivitas fisik.
![]() |
Sementara pada kasus yang parah, AMS telah memengaruhi organ jantung, paru-paru, otot, hingga sistem saraf. Berikut beberapa gejalanya:
- batuk,
- sesak napas,
- kulit pucat,
- hilangnya keseimbangan,
- menarik diri dari lingkungan sosial.
Pendaki mana pun berisiko mengalami AMS. Hal ini utamanya sangat mungkin terjadi pada mereka yang mendaki dengan gerakan cepat dan mencoba mencapai ketinggian ekstrem.
Selain itu, orang dengan riwayat anemia, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru juga berisiko mengalami AMS.
Selalu konsultasikan rencana mendaki gunung dengan dokter jika Anda termasuk ke dalam kelompok berisiko.
(asr/asr)Jelang Arus Mudik Lebaran 2025, Astra Tol Cipali Tingkatkan Kualitas Jalan2025-05-19 00:23
Fenomena Female Breadwinners di RI dan Beban Ganda Perempuan2025-05-18 23:44
FOTO: Menikmati 'Tarian' Api Lava Gunung Kilauea di Hawaii2025-05-18 23:37
FOTO: Meriah Deretan Kostum Parade Paskah di New York2025-05-18 23:33
FOTO: Kuil Nikko Toshogu, Jejak Sejarah dalam Kemegahan Arsitektur2025-05-18 23:30
FOTO: Turis Kembali Padati Pulau Santorini Usai Diguncang Ribuan Gempa2025-05-18 23:03
Proyek Strategis Nasional Dinilai Langgar HAM, Warga Merauke Bersuara2025-05-18 23:03
Menko Airlangga: Presiden Prabowo Ingin Masyarakat Manfaatkan Fasilitas Perbankan2025-05-18 23:00
Macron Soroti Situasi di Gaza: Tak Tertahankan, Tak Pernah Kita Lihat Sebelumnya2025-05-18 22:44
BYD Lucurkan Sedan E7, Lebih Keren Ada Sunroof2025-05-18 22:40
Heru 'Orangnya Jokowi' Kembali Otak2025-05-19 01:02
Menkes Budi Gunadi: Saya Mau Ngejar 300 Ribu Per Hari2025-05-19 00:33
Awas, Nyeri Perut Bagian Ini Jadi Gejala Radang Usus Buntu2025-05-19 00:19
Minum Air Jahe Setiap Hari, Ini 5 Efeknya pada Tubuh2025-05-19 00:19
Masuknya Prabowo dalam 10 Pemimpin Berpengaruh di Dunia Diapresiasi Garuda Asta Cita Nusantara2025-05-19 00:15
Chery TIGGO 8 CH Dijual Seharga Rp499 Juta2025-05-18 23:27
FOTO: Ritual Api Suci Paskah di Gereja Makam Kudus Yerusalem2025-05-18 22:38
Fenomena Female Breadwinners di RI dan Beban Ganda Perempuan2025-05-18 22:33
Apple Bangun Pabrik AirTag di Batam, Kemenperin: Tidak Masuk dalam Hitungan TKDN2025-05-18 22:27
Bantuan Smart TV ke Sekolah segera Disalurkan, Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Tunggu Inpres2025-05-18 22:20